skip to main | skip to sidebar

Pages

Saturday, August 6, 2011

Kerugian Jadi Perempuan Cantik

0 komentar
http://www.rujakmanis.com/gallery2/d/14045-1/magdalena+cantik.jpg

Tampang cantik ternyata tidak membuat seorang perempuan bisa dengan mudah mencari pekerjaan. Apalagi jika pekerjaan itu punya syarat 'maskulin'.

Perempuan cantik kadang menghadapi diskriminasi ketika melamar pekerjaan di mana penampilan tidak merupakan hal yang dianggap penting. Pekerjaan-pekerjaan seperti manajer penelitian dan pengembangan, direktur keuangan, insinyur mekanik, dan pengawas konstruksi, bisa malah menolak 'kecantikan', Demikian menurut sebuah studi dari University of Colorado Denver Business School.

Perempuan cantik juga diabaikan untuk kategori seperti direktur keamanan, penjual hardware, penjaga penjara, dan sopir mobil derek. "Dalam profesi seperti itu, menjadi cantik justru merugikan bagi perempuan," kata peneliti Stefanie Johnson dalam suatu pernyataan sebagaimana dikutip Reuters.

Ia menambahkan, perempuan cantik cenderung disortir untuk posisi seperti resepsionis atau sekretaris. "Pada jenis pekerjaan lain, perempuan cantik menjadi pilihan. Ini bukan kasus yang menunjukkan bahwa masih ada standar ganda ketika berkaitan dengan jender."

Penelitian itu, yang dipublikasikan dalam Jurnal Psikologi Sosial, didasarkan pada peserta yang diberi sebuah daftar pekerjaan dan foto para pelamar dan meminta mereka untuk menyortir para pelamar yang sesuai. Mereka berhadapan dengan setumpuk foto dari 55 laki-laki dan 55 foto perempuan.

Meski para peneliti menemukan bahwa perempuan cantik "ditendang" dari jenis pekerjaan tertentu, mereka menemukan bahwa pria tampan tidak mengalami diskriminasi serupa, malah selalu mendapat keuntungan.

Namun, Johnson mengatakan, orang-orang yang bertampang menarik menikmati keuntungan tertentu di tempat kerja. Mereka cenderung mendapatkan gaji yang lebih tinggi, evaluasi kinerja yang lebih baik, perolehan suara yang lebih baik ketika maju untuk jabatan publik, dan banyak keuntungan lain.

http://1.bp.blogspot.com/_OFpMX9dQxHs/TAuXHbiGl7I/AAAAAAAABd0/P79af2_-X74/s320/foto-cantik7.jpeg

"Pada jenis pekerjaan lain, perempuan cantik lebih disukai," kata Johnson, yang mengecam orang-orang yang membiarkan stereotipe memengaruhi keputusan perekrutan.


sumber :http://metrogaya.com/home/kerugian-jadi-perempuan-cantik

Khasiat Hebat Mandi

0 komentar
http://kurn0209911.files.wordpress.com/2010/04/garam-mandi.jpg

Ternyata mandi juga tidak cuma segar tapi juga berkhasiat. Baru-baru ini ada penelitian mengenai mandi bahwa selain untuk membersihkan tubuh ternyata mandi juga memiliki peranan dalm meningkatkan sistem kekebalan, mencegah penyakit kulit, bahkan untuk menyembukan masalah medis yang serius.

Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa mandi itu berkhasiat antara lain:

1. Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine : Untuk penderita diabetes, dengan setengah jam berendam dalam bak air hangat dapat menurunkan tingkat gula darah sekitar 13 persen.

2. Penelitian terpisah di Jepang : Dengan berendam selama 10 menit dalam air hangat dapat memperbaiki kesehatan jantung baik pria maupun wanita. Adapun manfaat mandi dan petunjuk mandi yang sehat dapat dilihat di bawah ini:

1. Mengeluarkan racun
Dengan mandi air hangat sekitar 32-35 derajat Celsius dapat membuka pori-pori yang dapat membantu mengeluarkan toksin.karena akan membantu menurunkan tingkat gula darah, menyembuhkan sakit otot dan membantu menjaga usus besar bekerja dengan baik. Waktu yang dianjurkan selama 10-20 menit.

2. Stress
Ternyata mandi air dingin dapat menghilangkan stress karena meredakan ketegangan,dan dianjurkan dengan temperatur sekitar 12-18 derajat celcius. Nah hal ini kebalikan dari air hangat karena akan mempersempit darah dan meningkatkan tingkat gula darah. Oleh sebab itu untuk penderita diabetes tidak dianjurkan untuk mandi air dingin.

3. Eksema
Untuk penderita penyakit kulit seperti eksema, ruam, gatal-gatal dapat menambahkan baking soda ke dalam bak mandi karena berdasarkan penelitian baking soda itu bertindak sebagai antiseptik. Caranya pertama-tama isi air dengan air hangat kuku, tambahkan kira-kira satu pound baking soda dan aduk sampai rata. Dianjurkan berendam selama 10-20 menit.

4. Infeksi
Untuk infeksi seperti sariawan dapat menambahkan pada air hangat yaitu tiga atau empat cuka dari sari buah apel dan berendamlah selama 15-20 menit. Ini juga baik untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh karena cuka dapat menyeimbangkan kembali asam.

5. Flu dan Sakit Kepala
Untuk menyembuhkan flu dan sakit kepala dapat dilakukan dengan merendam kaki dalam air hangat. Masukan air hangat secukupnya dalam bak sampai menutupi kaki dan pergelangan kaki tambahkan beberapa tetes minyak seperti lavender, peppermint atau lemon. Setelah selesai basuh dengan air dingin. Lakukan selama 10-20 menit.

6. Insomnia
Untuk penderita insomnia atau yang memiliki masalah tidur dapat merendam kaki dalam air dingin . Masukan kaki sampai kaki merasa dingin. Pengobatan ini juga berguna bagi kaki lelah, pendarahan hidung, dan sembelit.

7. Sirkulasi
Jika anda mengalami masalah sirkulasi maka cobalah dengan mulai merendam kaki selama satu atau dua menit dalam air hangat, kemudian 30 menit dalam air dingin. Cobalah lakukan selama 15 menit kemudian diselesaikan dengan air dingin.

sumber: http://blognyajose.blogspot.com/2010/02/khasiat-hebat-mandi.html

Thursday, August 4, 2011

Bumi Ternyata Pernah Miliki Dua Bulan

0 komentar
proses tabrakan dua bulan

Bumi pernah memiliki dua bulan. Menurut para astronom, bulan yang lebih kecil menabrak yang lain, sehingga dalam bulan yang ada sekarang terlihat semacam "gambar bekas percikan besar."

Para astronom mencoba mengorek hal ini untuk menjelaskan mengapa sisi jauh bulan yang jauh lebih berbukit dari salah satu yang selalu menghadap Bumi.

Teori ini, yang diuraikan dalam jurnal Nature, dilengkapi dengan model komputer yang menunjukkan bagaimana hal itu mungkin terjadi dan ilustrasi yang menggambarkan bulan seperti "mendapatkan kue di wajahnya".

Para ahli di luar mengatakan, gagasan itu masuk akal, tetapi mereka tidak sepenuhnya mengakui teori ini.

Menurut Erik Asphaug, astronom di University of California, Santa Cruz, menyatakan, bumi berbulan dua terjadi pada sekitar 4,4 miliar tahun lalu, jauh sebelum ada kehidupan di bumi. Bulan-bulan itu sendiri masih muda, terbentuk sekitar 100 juta tahun yang lalu ketika sebuah planet raksasa menabrak bumi. Mereka berdua mengorbit bumi, dalam garis edar sama, satu di depan, satu di belakang.

Yang lebih kecil adalah planet yang ringan. Yang lainnya adalah tiga kali lebih luas dan 25 kali lebih berat, gravitasi begitu kuat sehingga yang lebih kecil tidak bisa menolak, meskipun saat itu lokasinya lebih jauh.

"Mereka kemudian berbenturan. Percikan besar (yang sekarang ada) adalah hasil tabrakan kecepatan rendah," kata rekan penulis studi Asphaug.

Apa yang Asphaug sebut sebagai 'kecelakaan kecepatan rendah' adalah tabrakan pada kecepatan 5.000 mil perjam. Tapi untuk ukuran angkasa luar cukup lambat, karena tidak sampai mengakibatkan bebatuan mencair.

Batu-batu dan kerak dari bulan yang lebih kecil akan menyebar atas dan di sekitar bulan yang lebih besar tanpa membuat kawah, seperti halnya jika tabrakan terjadi dengan kecepatan tinggi.

Martin Jutzi dari University of Bern di Swiss mengatakan bahwa penelitian itu merupakan upaya untuk menjelaskan kerak aneh dan daerah pegunungan dari sisi jauh bulan. Asphaug melihat itu tampak seolah-olah sesuatu telah ditambahkan ke permukaan.

Bumi selalu menjadi eksentrik dalam sistem tata surya sebagai satu-satunya planet dengan bulan tunggal. Sementara Venus dan Merkurius tidak memiliki bulan, Mars memiliki dua, sementara Saturnus dan Jupiter memiliki masing-masing lebih dari 60. Bahkan Pluto yang kecil, yang kini dianggap bukan planet, memiliki empat bulan.

Teori ini diungkapkan juga dalam konferensi ilmuwan yang bekerja pada misi robot NASA ke bulan, kata Jay Melosh dari Purdue University.

"Kita tidak bisa menemukan sesuatu yang salah dengan itu," kata Melosh. "Ini mungkin benar atau mungkin tidak benar."

Alan Stern, mantan administrator NASA mengatakan itu adalah "ide baru yang sangat pintar," tapi juga tidak mudah untuk menguji apakah hal itu benar.

sumber : REPUBLIKA.CO.ID

Wednesday, August 3, 2011

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGGALIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA (Tembang Macapat sebagai Alternatif Bahan Ajar Penanaman Karakter)

0 komentar


ABSTRAK
Pendidikan karakter marak menjadi perbincangan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut berkaitan dengan menurunnya moral dan nilai yang dialami oleh peserta didik dan lulusan sebagai output pendidikan Indonesia. Pada prinsipnya pendidikan karakter di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman Ki Hajar Dewantara, tetapi kemudian tergerus dengan adanya nilai-nilai modern yang masuk dengan begitu derasnya, termasuk dalam bidang pendidikan di Indonesia. Karena itulah, pendidikan karakter sekarang ini masih dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal, padahal pendidikan di Indonesia sudah memiliki mata pelajaran pancasila, kewarganegaraan, budi pekerti, dan sejenisnya.
Makalah ini membahas tentang pentingnya pendidikan karakter di Indonesia, terutama dalam menghadapi ide dan arus globalisasi. Indonesia membutuhkan lulusan-lulusan pendidikan yang tidak hanya kompeten namun juga berkarakter agar bangsa Indonesia tetap menunjukkan karakternya dalam kancah persaingan internasional. Salah satu yang dapat dilakukan dalam pendidikan karakter adalah penggalian nilai-nilai kearifan lokal. Salah satunya melalui tembang-tembang macapat yang telah terkenal memiliki pesan dan nilai kehidupan yang agung. Pengintegrasian nilai-nilai di dalamnya dalam pendidikan di Indonesia akan membuat anak didik memiliki karakter sekaligus menunjukkan kepribadian bangsa. Hal tersebut akan membuat keluaran pendidikan Indonesia memiliki kompetensi yang cukup, bukan hanya dalam kecerdasan kognitif, melainkan juga kecerdasan emosi. Guru sebagai pendidik dan pengajar memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter tersebut.

Kata kunci: pendidikan karakter, tembang macapat, globalisasi.




Pendahuluan
Pendidikan dipandang sebagai faktor strategis dalam menciptakan kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dengan indikator berkualifikasi ahli, terampil, kreatif, inovatif, berkualitas, produktif, serta memiliki attitude (sikap dan perilaku) yang positif. Dewasa ini, pendidikan karakter marak dibicarakan oleh berbagai kalangan, terutama stakeholder yang berkecimpung pada ranah pendidikan. Pendidikan karakter dianggap dapat menjadi solusi yang solutif untuk menanggulangi kemorosotan moral dan nilai yang sekarang ini banyak dialami oleh peserta didik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Survei di lapangan membuktikan bahwa kecerdasan otak seorang peserta didik tidak selalu menjadi tolok ukur utama yang mampu menunjukkan keberhasilan seorang peserta didik dalam bidang akademis. Faktor lain yang sangat memengaruhi keberhasilan peserta didik adalah faktor karakter. Karakter tersebut dapat tercermin dalam rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman dalam Williams, Russel T. dan Ratna Megawangi (2010: 1) tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, minuman keras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Salah satu budaya yang memiliki kearifan lokal yang dapat digunakan untuk membentuk karakter peserta didik adalah tembang macapat yang berasal dari masyarakat Jawa. Penggalian dari nilai-nilai yang terdapat dalam tembang macapat tentu saja untuk ditujukan kepada peserta didik yang berdomisili dan menikmati pendidikan di daerah Jawa. Hal tersebut karena pada prinsipnya pendidikan karakter tetap harus memerhatikan konteks dan lingkungan peserta didik. Jadi, tidak ada pemaksaan bahwa satu nilai ini dapat digunakan di seluruh daerah di Indonesia.
Pembacaan tembang-tembang macapat disebut dengan kegiatan macapatan. Macapatan merupakan kegiatan seni tradisi yang cukup popular, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Selain tidak membutuhkan sarana dan prasarana yang kompleks, macapatan juga bisa menjadi ajang hiburan dan silaturahmi di kalangan masyarakat. Teks yang dikembangkan dalam tembang macapat merupakan teks pilihan yang mengandung nilai-nilai budi pekerti dan kearifan lokal yang masih relevan hingga saat ini. Jika makna yang terkandung dalam syair tersebut dikaji dan dipahami secara mendalam, apalagi disampaikan melalui lembaga pendidikan dengan cara yang tepat akan dapat menjadi tambahan ilmu dan membentuk kepribadian peserta didik untuk menjalani proses kehidupan selanjutnya. Lebih lanjut, lulusan pendidikan Indonesia akan dapat menjawab tantangan zaman untuk bersaing dalam kancah internasional.

Pembahasan
Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. “Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation” (Hill, 2002).
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition (a project of The Joseph Institute of Ethics) dalam Wanda Krisiana (2005: 84). Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur, dan loyal.
2. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
3. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
4. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain.
5. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
6. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
Sampai saat ini, pelaksanaan pendidikan karakter ini masih banyak dilakukan pada taraf jenjang pendidikan prasekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali. Kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini. Meskipun terdapat mata pelajaran pancasila, kewarganegaraan, dan sejenisnya, tetapi mata pelajaran tersebut masih diberikan sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka Indonesia harus merombak sistem pendidikan yang dimiliki saat ini.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain itu Daniel Goleman dalam Williams, Russel T. dan Ratna Megawangi (2010: 1) juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalah lain muncul karena kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan yang ramai diperbincangkan.
Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah dan lembaga pendidikan yang lain dapat dilakukan dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal. Hal tersebut dilakukan karena dalam jangka panjang, pendidikan karakter yang dilakukan diharapkan dapat memberi dampak yang positif pula dalam perkembangan bangsa Indonesia selanjutnya. Peserta didik yang memiliki karakter akan menjadi lulusan atau output pendidikan yang berdaya saing, baik dalam skala nasional maupun internasional. Adanya globalisasi dengan segala macam arus ide yang membanjiri dan memasuki setiap bidang kehidupan tentu membutuhkan tameng yang tepat. Pendidikan karakter dengan penggalian nilai-nilai kearidan lokal ini dapat menjadi langkah bijaksana agar bangsa Indonesia tetap tidak kehilangan karakter bangsa dengan keanekaragamannya.
Bertolak dengan peningkatan mutu pendidikan tersebut sekaligus untuk memunculkan generasi yang berkarakter, nguri-nguri tradisi bangsa sendiri merupakan satu langkah yang dapat diambil dalam pendidikan kita. Tradisi-tradisi yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia menawarkan kearifan yang lebih cocok bagi kepribadian bangsa ini. Salah satu budaya yang masih terekam dan dinilai relevan adalah tembang macapat. Tembang macapat memiliki kekuatan dan kekhasan untuk memberi nasehat pada setiap manusia. Pada zaman Susuhunan Paku Buwono X dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, seni tembang menjadi salah satu media menyampaikan ajaran keutamaan.
Tembang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam ngoko, sedangkan dalam ragam krama disebut sekar. Tembang atau sekar adalah untaian kata-kata terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang bertalian dengan lagu. Tembang macapat biasa disebut juga dengan nama tembang cilik. Padmosoekatjo (1953: 13) mengemukakan bahwa tembang macapat mempunyai konvensi atau aturan yang terdiri dari guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. guru gatra adalah ketentuan jumlah gatra (baris) tembang pada tiap padha (bait). Guru wilangan yaitu aturan jumlah suku kata tertentu pada tiap gatra untuk nama tembang macapat masing-masing. Sedangkan guru lagu adalah konvensi jatuhnya suara pada tiap-tiap akhir gatra, baik terbuka maupun tertutup.
Menurut Padmosoekatjo (1953: 12) tembang macapat atau tembang cilik terdiri atas Kinanthi, Pucung, Asmaradana, Mijil, Maskumambang, Pangkur, Sinom, Dhandhanggula, dan Durma. Masing-masing tembang memiliki konvensi yang berbeda terkait dengan tiga konvensi di atas. Adapun konvensi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kinanthi : 8u, 8i,8a, 8i, 8a, 8i.
2. Pucung : 12u, 6a, 8i, 12 a.
3. Asmaradana : 8i, 8a, 8e (o), 8a, 7a, 8u, 8a.
4. Mijil : 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u.
5. Maskumambang : 12i. 6a, 8i, 8a.
6. Pangkur : 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i.
7. Sinom : 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8i, 7a, 8i, 12a.
8. Dhandhanggula : 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a.
9. Durma : 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i.
Selain tembang-tembang tersebut, terdapat pula pendapat lain yang memasukkan tembang megatruh dan gambuh dalam tembang macapat. Konvensi untuk masing-masing tembang megatruh dan gambuh adalah 12u, 8i, 8u, 8i, 8o dan 7u, 10 u, 12i, 8u, 8o.
Masing-masing tembang macapat tersebut juga memiliki watak yang berbeda-beda. Biasanya, watak inilah yang memengaruhi suatu tembang digunakan dalam acara tertentu tetapi tidak digunakan dalam acara lainnya. Padmosoekatjo (1953: 13) mengemukakan watak masing-masing tembang macapat sebagai berikut.
1. Kinanthi memiliki watak gembira, senang, cinta kasih. Tembang ini biasanya digunakan untuk menyampaikan piwulang, cerita cinta.
2. Pucung berwatak kendho, gregeten, ‘menggemaskan’. Tembang ini biasanya digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang lucu dan sesuka hati.
3. Asmaradana mempunyai watak sedih karena cinta, biasanya digunakan dalam cerita cinta.
4. Mijil berwatak himbauan, cocok digunakan untuk menyampaikan nasehat.
5. Maskumambang berwatak nelangsa ‘memilukan’. Tembang ini melukiskan perasaan sedih dan memilukan.
6. Pangkur berwatak sereng, ‘keras’. Tembang ini digunakan untuk menceritakan sesuatu yang keras, cinta yang menyala-nyala.
7. Sinom berwatak grapyak, renyah, ‘lincah’. Cocok untuk pendidikan atau pengajaran.
8. Dhandhanggula berwatak luwes ‘menyenangkan’. Tembang ini cocok untuk menyampaikan suasana apapun.
9. Durma berwatak keras, marah. Tembang ini biasanya digunakan untuk menyampaikan suasana marah dan cerita perang.
10. Megatruh berwatak sedih, prihatin, “getun”, menyesal. Cocok untuk cerita yang mengandung rasa penyesalan, prihati, sedih.
11. Gambuh berwatak “sumanak, sumadulur”, kekeluargaan. Cocok untuk pengungkapan hal-hal yang bersifat keluargaan, nasihat, kependidikan yang mengandung kesungguhan hati.
Berdasarkan urutannya, tembang macapat juga memiliki nilai-nilai filsafat yang menjelaskan tentang urutan-urutan hidup. Nilai yang terkandung di dalam masing-masing tembang macapat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Maskumambang
Adalah gambaran saat manusia masih berada dalam dunia ruh dan ditanamkan dalam rahim seorang ibu.
2. Mijil
Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia, mijil/mbrojol/mencolot dan lahirlah seorang bayi manusia. Kita patut bersyukur karena dilahirkan di bumi pertiwi yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja lir saka sambikala.
3. Sinom
Adalah lukisan dari masa muda, masa yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan.
4. Kinanthi
Adalah masa pembentukan jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita. Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud.
5. Asmarandana
Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati.
6. Gambuh
Arti kata gambuh adalah jumbuh/bersatu yang artinya komitmen untuk menyatukan cinta dalam satu biduk rumah tangga.
7. Dhandhanggula
Adalah gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang).
8. Durma
Durma berasal dari kata darma/sedekah berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar kita.
9. Pangkur
Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita.
10. Megatruh
Megatruh atau megat roh berarti terpisahnya nyawa dari jasad kita menuju keabadian (entah itu keabadian yang Indah di surga, atau keabadian yang celaka yaitu di neraka).
11. Pucung
Artinya dibungkus kain mori putih/kafan berbentuk pocong dan diusung menuju liang lahat kita.
Bertolak dari pernyataan tentang nili-nilai dan falsafah kehidupan yang terdapat dalam masing-masing tembang di atas, lembaga pendidikan/sekolah dapat menggunakan tembang-tembang tersebut sebagai sarana penanaman karakter peserta didik. Contoh yang lain dalam tembang macapat adalah adanya Serat Tripama yang berarti Tiga Teladan. Serat ini merupakan Karya Pangeran Mangkunegara IV yang berisi tentang tembang Dhandhanggula yang mengisahkan tiga tokoh pewayangan, yaitu Raden Sumantri/Patih Suwondo, Kumbakarna, dan Adipati Karna.
Bambang Sumantri yang kemudian bergelar Patih Suwanda di negeri Maespati adalah satria yang mashur keberaniannya dan mampu menyelesaikan tugas berat dengan penuh tanggung jawab. Kumbakarna adalah raksasa berwatak satria tidak mau membela kakandanya Dasamuka, raja Ngalengka (Alengka) yang angkara murka. Kumbakarna memenuhi ‘tekad satria’ mengorbankan jiwanya untuk membela tanah airnya yang diserang musuh. Sedangkan Suryaputera atau Adipati Karna adalah raja Ngawangga (Angga) yang memegang teguh janjinya sebagai ‘sumpah satria’ untuk membalas budi Prabu Kurupati, raja Astina dengan berkorban jiwa melawan Arjuna, adindanya tunggal ibu dalam perang Mahabaratha.
Kutipan lengkap naskah asli Serat Tripama tersebut beserta terjemahan bahasa Indonesianya (dikutip dari buku “Tiga Suri Tauladan” oleh Kamajaya) adalah sebagai berikut.
Dhandhanggula

1.
Yogyanira kang para prajurit,
Lamun bisa samya anulada,
Kadya nguni caritane,
Andelira sang Prabu,
Sasrabau ing Maespati,
Aran Patih Suwanda,
Lalabuhanipun,
Kang ginelung tri prakara,
Guna kaya purunne kang denantepi,
Nuhoni trah utama,
1.
Seyogianya para prajurit,
Bila dapat semuanya meniru,
Seperti masa dahulu,
(tentang) andalan sang Prabu,
Sasrabau di Maespati,
Bernama Patih Suwanda,
Jasa-jasanya,
Yang dipadukan dalam tiga hal,
(yakni) pandai mampu dan berani (itulah) yang ditekuninya,
Menepati sifat keturunan (orang) utama.

2.
Lire lalabuhan tri prakawis,
Guna bisa saniskareng karya,
Binudi dadi unggule,
Kaya sayektinipun,
Duk bantu prang Manggada nagri,
Amboyong putri dhomas,
Katur ratunipun,
Purunne sampun tetela,
Aprang tandhing lan ditya Ngalengka aji,
Suwanda mati ngrana.
2.
Arti jasa bakti yang tiga macam itu,
Pandai mampu di dalam segala pekerjaan,
Diusahakan memenangkannya,
Seperti kenyataannya,
Waktu membantu perang negeri Manggada,
Memboyong delapan ratus orang puteri,
Dipersembahkan kepada rajanya,
(tentang) keberaniannya sudahlah jelas,
Perang tanding melawan raja raksasa Ngalengka,
(Patih) Suwanda dalam perang.

3.
Wonten malih tuladan prayogi,
Satriya gung nagari Ngalengka,
Sang Kumbakarna namane,
Tur iku warna diyu,
Suprandene nggayuh utami,
Duk awit prang Ngalengka,
Dennya darbe atur,
Mring raka amrih raharja,
Dasamuka tan keguh ing atur yekti,
De mung mungsuh wanara.
3.
Ada lagi teladan baik,
Satria agung negeri Ngalengka,
Sang Kumbakarna namanya,
Padahal (ia) bersifat raksasa,
meskipun demikian (ia) berusaha meraih keutamaan,
sejak perang Ngalengka (melawan Sri Ramawijaya),
ia mengajukan pendapat,
kepada kakandanya agar selamat,
(tetapi) Dasamuka tak tergoyahkan oleh pendapat baik,
Karena hanya melawan (barisan) kera.

4.
Kumbakarna kinen mangsah jurit,
Mring kang rak sira tan lenggana,
Nglungguhi kasatriyane,
Ing tekad datan purun,
Amung cipta labih nagari,
Lan nolih yayahrena,
Myang luluhuripun,
Wus mukti aneng Ngalengka,
Mangke arsa rinusak ing bala kali,
Punagi mati ngrana.
4.
Kumbakaran diperintah maju perang,
Oleh kakandanya ia tidak menolak,
Menepati (hakekat) kesatriaannya,
(sebenarnya) dalam tekadnya (ia) tak mau,
(kesuali) melulu membela negara,
Dan mengangkat ayah-bundanya,
Telah hidup nikmat di negeri Ngalengka,
(yang) sekarang akan dirusak oleh barisan kera,
(kumbakarna) bersumpah mati dalam perang.

5.
Yogya malih kinarya palupi,
Suryaputra Narpati Ngawangga,
Lan Pandhawa tur kadange,
Len yayah tunggil ibu,
Suwita mring Sri Kurupati,
Aneng nagri Ngastina,
Kinarya gul-agul,
Manggala golonganing prang,
Bratayuda ingadegken senapati,
Ngalaga ing Korawa.
5.
Baik pula untuk teladan,
Suryaputera raja Ngawangga,
Dengan Pandawa (ia) adalah saudaranya,
Berlainan ayah tunggal ibu,
(ia) mengabdi kepada Sri Kurupati,
Dijadikan andalan,
Panglima di dalam perang Bratayuda,
(ia) diangkat menjadi senapati,
Perang di pihak Korawa.

6.
Minungsuhken kadange pribadi,
Aprang tandhing lan sang Dananjaya,
Sri Karna suka manahe,
Dene sira pikantuk,
Marga dennya arsa males-sih,
Ira sang Duryudana,
Marmanta kalangkung,
Dennya ngetog kasudiran,
Aprang rame Karna mati jinemparing,
Sumbaga wirotama.
6.
Dihadapkan dengan saudaranya sendiri,
Perang tanding melawan Dananjaya,
Sri Karna suka hatinya,
Karena (dengan demikian) ia memperoleh jalan untuk membalas cinta kasih,
Sang Duryudana,
Maka ia dengan sangat,
Mencurahkan segala keberaniannya,
(dalam) perang ramai Karna mati dipanah (musuhnya),
(akhirnya ia) mashur sebagai perwira utama.

7.
Katri mangka sudarsaneng Jawi,
Pantes lamun sagung pra prawira,
Amirita sakadare,
Ing lalabuhanipun,
Aja kongsi mbuwang palupi,
Manawa tibeng nistha,
Ina esthinipun,
Sanadyan tekading buta,
Tan prabeda budi panduming dumadi,
Marsudi ing kotaman.
7.
Ketiga (pahlawan tersebut) sebagai teladan orang Jawa,
Sepantasnyalah semua para perwira,
Mengambilnya sebagai teladan seperlunya,
(yakni) mengenai jasa-bakti-nya,
Janganlah sampai membuang teladan,
Kalau-kalau jatuh hina,
Rendah cita-citanya,
Meskipun tekad raksasa,
Tidaklah berbeda usaha menurut takdirnya (sebagai) makhluk,
Berusaha meraih keutamaan.

Setelah mengetahui dan memahami makna tembang macapat tersebut, akan dapat terlihat bahwa tembang-tembang macapat memiliki nilai-nilai kehidupan yang mulia. Hal tersebut akan bernilai positif pula jika pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia menanmkan nilai-nilai tersebut kepada peserta didik. Pendidikan yang baik dengan penanaman karakter dan pemberian teladan yang baik akan membuat peserta didik keluaran lembaga pendidikan menjadi lebih bermoral dan memiliki budi pekerti luhur.
Jika penyampaian pendidikan karakter ini dilakukan dengan baik, maka hal tersebut akan dapat mengurangi jumlah tawuran yang dilakukan oleh peserta didik. Tawuran terjadi karena kecerdasan intelektual yang mungkin dimiliki siswa tidak diimbangi dengan kecerdasan emosi. Di sinilah, pendidikan karakter memiliki peran penting. Pendidikan yang dilakukan dengan pembentukan karakter yang pas dilakukan oleh guru sebagai pendidik akan membuat siswa tidak hanya memiliki prestasi yang membanggakan, tetapi juga memiliki sikap (attitude) yang membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya.
Beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
1. Menaruh persepsi positif pada diri anak sehingga tumbuh rasa percaya diri.
2. Mengembangkan kultur kerja sama dengan menghidupkan organisasi siswa.
3. Memperluas pesan-pesan positif pada kalangan terpelajar melalui tata ruang pembelajaran.
4. Mengembangkan pembelajaran yang menaruh lebih banyak sugesti dan harapan.
Sedangkan peran yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pendidik adalah sebagai berikut.
1. Memotivasi siswa untuk memahami belajar itu proses menuju kematangan.
2. Memberi harapan dan sugesti positif pada kalangan terpelajar.
3. Mendorong peserta didik untuk beraktivitas melalui pengembangan organisasi.
4. Menghidupkan karya-karya produktif yang memberikan rasa percaya diri pada anak.
5. Mendorong pembelajaran yang inspiratif dengan menggunakan figur-figur utama untuk dijadikan bahan inspirasi.

Penutup
Demikianlah nilai-nilai dan falsafah kehidupan yang terkandung dalam setiap tembang macapat. Falsafah kehidupan tersebut membuktikan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang adiluhung dan patut untuk diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu meneladani sehingga memiliki karakter yang menunjukkan jati diri bangsa saat bersaing dalam kancah internasional.
Pendidikan karakter penting bagi pertumbuhan individu menjadi manusia yang seutuhnya dan sebaiknya dilakukan sejak dini. Belum membudayanya pendidikan karakter di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pengembangannya. Untuk ke depannya, perancangan pendidikan karakter harus terus dilakukan dengan komitmen yang tinggi dan dilakukan usaha perbaikan terus menerus. Dalam hal ini, penggunaan tembang macapat sebagai salah satu bahan ajar alternatif pendidikan karakter dapat dihidupkan karena dapat menggali nilai-nilai kearifan lokal budaya Jawa yang merupakan salah satu budaya terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka
Budi Adi Soewirjo. 2009. “Serat Tripama-Tiga Suri Tauladan oleh Kamajaya”. http://wayangpustaka.wordpress.com/2009/12/13/serat-tripama-tiga-suri-teladan-oleh-kamajaya/diunduh pada 4/5/2011.

Demang Hardjakusumah. 2011. “Pendidikan Karakter Cegah Radikalisme dan Anarkisme.” http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode= 20110503063133&idkolom=cimahi diunduh pada 3/5/2011.

Padmasoekatjo, S. 1953. Ngengsrengan Kasustran Jawi. Yogyakarta: Hien Ho Sing.

Wanda Krisiani. 2005. Upaya Penerapan Karakter bagi Mahasiswa (Studi Kasus di Jurusan Teknik Uk Petra). Jurnal Teknik Industri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005. Jakarta: Uk Petra.

Williams, Russel T. dan Ratna Megawangi. 2010. “Dampak Pendidikan Karakter terhadap Akademi Anak.” http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/ diunduh pada 3/5/2011.

sumber : http://assyita.blogspot.com/2011/05/pendidikan-karakter-melalui-penggalian.html

Wow! Kencing 'Berdiri' Efektif Cegah Kanker

0 komentar
Wow! Kencing 'Berdiri' Efektif Cegah Kanker

Kanker serviks adalah musuh utama kaum perempuan. Karenanya berbagai upaya pencegahan dilakukan di antaranya melalui sebuah metode 'standing pee'. Benarkah?

Sejauh ini, oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendeteksi awal adanya penyakit kanker serviks bisa dilakukan dengan dua cara, yakni pap smear dan vaksin. Ternyata, ada cara lain dan sedikit unik yang bisa mencegah timbulnya kanker serviks, yaitu standing pee atau kencing berdiri.

Menurut pakar kesehatan, dr Ananto Sidohutomo MARS menyebutkan pilihan kencing berdiri ini tidak hanya berguna mencegah kanker. Tapi juga memungkinkan setiap wanita mendapat prasarana membuang air kecil secara higienis, nyaman, dan meminimalkan penggunaan sanitasi dan air yang banyak ditemukan bakteri, jamur, parasit, dan virus.

"Pencegahan bisa dilakukan dari sisi apa saja. Untuk mencegah dan mengantisipasi kanker serviks, ada kartu skor deteksi dini kanker serviks, ada pap-smear, ada vaksinasi HPV, ada valeri, dan 'standing pee' ,"kata Ananto.

Posisi kencing, kata dr Ananto, mempengaruhi aliran rembesan urin ke vagina. Menurut dr. Ananto, urin bukan cairan yang bersih. Urin termasuk sisa metabolisme tubuh yang membuang zat-zat tidak berguna di tubuh.

Bila sisa urin mengendap di vagina maka akan menganggu kebersihannya.

"Ingat, faktor tidak bersih juga memicu munculnya kanker serviks. Sedangkan dengan posisi berdiri, urin akan memancar keluar dari lubang uretra tanpa mengendap di bagian vagina," ungkap dr. Ananto

sumber : inilah.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...